Postingan

Para Pengembala (7)

Gambar
Suara ketukan pintu terdengar begitu keras. Emak membukakan pintu dan mempersilakannya untuk masuk. "Kok sendirian, Dok? Tak kirain bareng sama suami saya," ujar emak. "Oiya, tadi Pak Naryo mau mampir dulu, beli sesuatu. Saya ke sini duluan karena waktunya mepet, Mak," jelas Pak Dokter. Emak mempersilakannya masuk ke kamar untuk memeriksa Asep. Seketika wajah pak dokter tercengang setelah memeriksa Asep. "Kenapa, Dok?" tanya Emak khawatir. "Badannya panas sekali, Mak." Dokter lalu duduk di tepi amben atau tempat tidur, lalu mengeluarkan beberapa obat untuk Asep. "Saya pamit ya, Mak. Besok kalau panasnya belum turun, langsung bawa ke puskesmas, ya," saran dokter Sobri. *** Derap langkah kaki terdengar memasuki rumah. Emak mengintipnya di balik tirai pintu kamar. Ternyata Bapaknya Asep. "Kemana saja, toh, Pak. Kok baru pulang?" "Tadi habis beli jajan untuk Tole, aku sekalian pergi ke rumahnya Mbah Pon, Mak. Mint

Para Pengembala (6)

Gambar
"Jagoan kok tumbang toh, Sep, Sep!" ujar Maman saat melihat keadaan sahabatnya–Asep dengan wajah pucat. "Jagoan juga manusia, kali Man!" jawan Asep dengan suara lirih. Maman tertawa dengan menunjukkan gigi gingsulnya. "Kok bisa sakit toh, Sep. Padahal tadi di sekolah juga nggak kenapa-kenapa." "Iya, ya. Nggak tau deh, Man. Tiba-tiba tadi pusing dan menggigil." "Pergi ke dokter sana, Sep. Nanti makin parah lagi." "Alah, tumben Lu sok perhatian." Asep bangun, dan menyandarkan bahunya di ghedhek atau sekat rumah yang berupa papan kayu. "Tadi udah dikerokin sama emak, Man, nanti juga sembuh," lanjut Asep. Emak Asep membawa dua gelas berisi teh hangat. Beliau menaruhnya di atas nakas. "Ini, Le, diminum," ujar Enaknya Asep. "Kok repot-repot ya, Mak." "Alah, ndak repot Le, anggep saja rumah sendiri," jawab emak. Setelah menghabiskan segelas teh yang dibuatkan emak tadi, Maman langsu

Para Pengembala (5)

Gambar
"Mbah, apa bener di sini ada pesugihan?"  Mbah Sapto tersentak dengan pertanyaan kami. "Kalian kok tanya seperti itu, memangnya apa yang kalian lihat di sini?" selidik Mbah Sapto. Maman dan Asep saling berpandangan. Mereka saling sikut, agar salah satu mengalah untuk menjelaskan perihal apa yang mereka lihat tadi pagi. "I-itu, Mbah, tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah, kami melihat ada yang menaruh sesajen di sini," jelas Asep.  Mbah Sapto menghela napas. "Dugaan kalian betul, Le. Bagi orang-orang yang percaya, mereka melakukan praktik pesugihan biar sugih atau kaya. Namun, kita sebagai orang Islam tentunya tidak boleh seperti itu, sama saja dengan menyekutukan Allah, Le. Asep dan Maman menyimak tuturan dari Mbah Sapto. "Le ... melakukan pesugihan memang bisa mendatangkan kekayaan, namun hasil yang didapat jelas tidak ada keberkahan di dalamnya, karena diperoleh dengan cara yang haram. Makanya, jangan sekali-kali kita terlibat di d

Nasi Berkat (3)

Gambar
Brak!  Terdengar, pintu didobrak oleh seseorang. "Keluar kamu Arman!" ujarnya dengan berteriak. Siapa ini yang bertamu dengan cara seperti itu. Pintu yang sudah lapuk pun akhirnya menjadi roboh karena didobraknya. "Ada apa ini? Jangan main kekerasan, ya!" Bentak Mas Arman, saat keluar dari kamar. "Alah, nggak usah banyak cincong deh, Lo! Sini bayar hutang-hutang Lo. Kami ini suruhannya Bos Herman!" Allahu ... ada apa ini? Hutang untuk apa?  "Saya 'kan sudah membayarnya rutin setiap bulannya. Nggak pernah telat sedikit pun. Lalu,  masalahnya di mana?" "Kami hanya menjalankan perintah!" bentaknya. "Kalau pun mau menagih mbokya dengan cara yang baik-baik. Jangan seperti ini. Kasihan anak istriku!" "Saya mau ketemu sama Pak Herman dulu kalau gitu," ujar Mas Arman. "Nanti Mas jelaskan, Dek," lanjutnya. Hutang? Pak Herman? Allah ... apalagi ini. *** Mas Arman bersama debcolector tadi pergi ke ruma

Para Pengembala (4)

Gambar
Setelah berpamitan kepada emak, Asep dan Maman segera bergegas menuju sekolah. Kebetulan, sekolah mereka melewati area oro-oro kesongo juga.  Seketika langkah mereka terhenti, saat berada di dekat oro-oro kesongo. Mereka tercengang dengan apa yang mereka lihat di depan mata. Maman menggeret lengan asep untuk ngumpet di belakang pohon. "Itu orang pada ngapain yo, Sep?" tanya Maman penasaran. "Mana aku tahu, Man! Pake bawa-bawa sesajen segala lagi. Kayaknya mau neko-neko tu orang," ujar Asep dengan persepsinya sendiri. "Jangan suudzon kamu, Sep!" Maman menunjuk muka maman dengan jari telunjuknya. Dengan secepat kilat Asep langsung menangkis tangan Maman. "Ya sudah, nanti sore kita tanyakan saja kepada Mbah Sapto, Man," decaknya. Asep menatap jarum jam di pergelangan tangannya. "Ayo buruan kita berangkat ke sekolah, udah jam segini. Sebentar lagi jam pelajaran dimulai!" serunya. Maman dan Asep mempercepat langkah kakinya. Takut